Friday, May 05, 2017

That Himalayan Cat

Hi Paw!

Udah lama banget sejak terakhir kali saya ngeblog. Sampe sampe saat mau sign in ke blog saya ini, saya lupa pake email yang mana dan apa password-nya. Padahal, dulu waktu masih banyak waktu senggang dan ga ribet hal ini itu, dalam waktu sehari saya bisa punya dua ide (yang menurut saya) menarik untuk diposting.

Dan jujur aja, setelah saya berhasil sign in ke blogger ini, saya malah bingung dan ide yang kemarin-kemarin dateng pas lagi di wc, berdiri di bus, kepanasan di angkot, keujanan pas di gojek; semuanya musnah. Saya cuma terbengong-bengong depan laptop suami (cieee.. iya, suami. sekarang saya udah dobel. bobo di kasur dobel, dompet dobel, ktp dobel, pun berat badan jadi dobel) sampe akhirnya seekor kucing keturunan himalayan yang lusuh, kotor, dan lapar menghampiri saya di depan pintu kamar kost, yang sengaja saya buka.

Saat itu sedang hujan sedang, Saya yang suka suara hujan, udara, dan ademnya, sengaja buka pintu kamar kost sembari cari ide buat posting blog. Karena ide mampet, jadi saya habiskan 30 menit pertama bersihin inbox, trash folder, dan spam folder email sampai akhirnya si kucing datang.

Bunyi 'srek srek' itu menandakan kalo ada kucing yang lagi nyari sisa makanan dari tempat sampah depan kamar kost saya. Dan saya sebagai penyuka kucing, langsung paham, nengok keluar sambil bawa dry cat food buat siapapun kucing diluar kamar kost yang lagi ngusrak ngusrek tempat sampah saya.

Ternyata si Himalayan lusuh ini. Saya pernah kasih makan dia, tepat sehari sebelum postingan ini dibuat. It was clear to see that this cat was abandoned, or perhaps, abandoned and abused. I mean, he's a himalayan cat! Mana ada di Indonesia kucing ras hidup dijalanan kalo dia bukan kucing buangan? You know what I mean. Dia sebenernya kucing mahal, dan... selanjutnya paham lah ya.

To note that he doesn't meow. Saya ga paham dia itu apa emang dari kecil dibuang sampe ga bisa mengeong, atau dia punya trauma sampe akhirnya dia berenti ngeong, atau juga, dia dari orok emang ga bisa ngeong semacam tunawicara gitu. Allahualam, either he's mute or just quite.

Dan sebenernya kucing ini kucing penurut. Habis dia selesai makan sisa kulit ayam plus dry food, saya minta dia duduk nungguin saya. Dia gak kemana mana tuh. Saat dipanggil 'hei puss..' dia juga mau nengok. Walau sampai saat ini, dia masih belum mau untuk dielus.

I wish I could do something to make his life better. I've got constraints yang bikin saya ga bisa memahami si kucing lebih jauh. He's a good cat. Whatever had happened to him, I know Allah is watching him. Allah gonna make sure this cat get proper food, at least some food for the day.

Selain kucing ini, ada juga kucing keturunan ras lainnya yang hidup di jalan. Ngga seperti kucing kampung di komplek ini yang takutan sama manusia, kucing keturunan ras yang sudah saya temui ini ngerti dan ngga penakut. Mereka ramah, mau dielus, dan nurut. Sigh, semoga kecurigaan saya ini salah, bahwa dia juga kucing yang sengaja dibuang.

Today's lesson is, I will teach my kids to take real responsibility if they wanna have a pet; to take real good care for the pet. Cos pets are not pest. They're living creatures just like us human. They breathe, they have feelings, and eventually they'll die just like human. Bahkan Baginda Rasul berkata bahwa ada pahala pada setiap yang bernyawa. Ga ada salahnya kan, menyayangi kucing liar?









Si Himalayan yang mulai bisa santai dan enjoy

Karena saat kita menyayangi apa yang ada di bumi, mereka pun balik menyayangi kita.


Mau adopsi? Cari aja si kucing himalayan ini di Jalan Zaitun I Islamic Village, Karawaci, Tangerang. He's homeless, so he should be somewhere di jalan/depan rumah/depan kosan warga dekat sini.



DISCLAIMER
Post ini bukan bermaksuk sombong ataupun pamer. Murni hanya bermaksud untuk bercerita dan berbagi. Lebih untung lagi kalo sampe ada yang terinspirasi.