"I got a new job now on the unemployment line..."
Begitu deh, sepenggal lirik The Script (For the First Time) yang nyentil banget di kepala gue. Berasa disindir luar dalem.
Jadi gini. I had a job as a Personal Tutor in Wall Street Institute Indonesia, at Pondok Indah Mall. I spent three and half months there working in mall-hour shift. It was definitely awesome. I got a chance working with bule, made friends with my students no matter how young or old they were, gained new experience, proved my English proficiency, and yes, my dear reader, I got an amazing chance to obtain a working experience.
But then in February, I decided to resign. Yes, it was a hard decision. Gue pake nangis nangis bombay nelfon seseorang buat cerita soal beginian. Singkat cerita, resign lah gue dari perusahaan edukasi premium multinasional itu. Some said I was stupid, karena gue main resign resign aja gitu, padahal belum dapet pengganti kerjaan atau rencana lanjut studi S2. But I guess they were wrong.
Setelah Februari kan Maret, tho? (yaiyalah fan. ga mutu e) Nah, selama bulan Maret itulah gue dengan bangga menyandang status pengangguran yang gue bawa sampe ke Daerah Istimewa Yogyakarta selama hampir sebulan penuh. Ngapain gue disana? Hayooo kepoooo. Mau tau aja apa mau tau bangeeeeetttt??
Setengah puas nge-hedon ke Jogja, gue balik lagi ke Jakarta--eh Bekasi deng--dengan status pengangguran melarat. Dompet isinya cuma receipt receipt indomaret, mirota, superindo, super sambal, nota laundy, tiket kereta api pulang pergi, dan recehan. Eh by the way, laundry disana murah amir loh! Tiga rebu rupiah meeenn per kilo! Ter-hah-hah sambil melotot gue. Seumur-umur gak pernah gue ngelaundry dengan harga segitu. Bahkan ada juga loooh yang cuma dua rebu lima ratus! Err, oke ini norak.
So where was I again? Oh, yes.
Jadi itu adalah sebuah kejadian yang tak terduga. Somehow I would say it's the plan of God. Kalo katanya Paulo Coelho itu, "maktub". Ada teman sekampus gue bernama Fresnel (iya, si Best Student ituloh, yang pernah gue sebut juga di post gue) yang pada sore hari galau, nge-bbm gue nanyain nomer handphone salah satu dosen IBS. Gue kasih dong. Tapi nyambi. Sambil nanya apa di kantornya ada lowongan atau kagak buat pengangguran bergaya-Jakarta-tampang-Batak-mental-Gombong macem gue. Eeh tak disangka, doi malah nawarin posisi satu ini nih, Settlement Officer namanya.
Thanks a lot, Fres! :D
Setelah gue interview dan medical check-up, diterimalah gue officially sebagai si Settlement Officer ini. Biarpun cuma kawin kontrak--ngg maksudnya karyawan kontrak--but I guess it's gonna be worth it.
Dan inilah saya, Diofany Hervilita alias Fany alias kakak alias poni alias mak alias dugong yang akan menjadi seorang karyawan di perusahaan multinasional yang menjual minuman bersoda yang sudah terkenal dan merajalela yang harga sahamnya lumayan mahal. Segala impian gue menjadi seorang banker mungkin sudah harus disisihkan ya... ._.
Settlement Officer. Mudah-mudahan sesuai namanya hidup gue yang belum stabil bisa jadi settle. Jiwa gue settle, hati gue settle, keuangan gue settle. Aamiin. Walau mesti mengubur keinginan jadi banker tapi ya... kalo justru kerja begini bikin gue settle, yo wis lah.
By the way, by the time I have this post typed, my dad is currently hospitalised for kidney issue. Semoga beliau cepet sembuh. Dan semoga pintu rejeki terbuka lebar buat orang tua gue. Aamiin :')
I am trying my best to climb the ladder to settle down. Hope it's not slippery so I can reach the goal!
"Get get get in line and settle down... Get in line and settle down..."
No Doubt - Settle Down
No comments:
Post a Comment